Jumat, 22 April 2016

INDONESIA TERTIB "BERBUDAYA"


NASKAH NUSANTARA: SARANA DIALEKTIKA KRITIS UNTUK MEWUJUDKAN PEMUDA MORALIS

Setiap bangsa di dunia ini pasti memiliki catatan kronologis mengenai napak tilas perjalanan bangsanya, tidak terkecuali dengan bangsa Indonesia. Sebagai suatu bangsa yang multikulturalisme, tentunya memiliki catatan yang panjang mengenai kehidupan masyarakatnya, sosial budayanya, pemerintahan dan lain sebagainya. Perjalanan yang dimulai dari zaman pra sejarah tersebut banyak sekali meninggalkan cacatan historis yang terangkum dalam naskah-naskah kuno atau dokumen yang merupakan sumber data penting bagi masyarakat Indonesia.
Naskah kuno merupakan naskah yang ditulis pada masa lampau. Naskah kuno dapat ditulis pada bambu, kulit kayu, rotan, daun nipah, dan lain sebagainya. Naskah kuno mengandung informasi yang berlimpah. Isi naskah tersebut tidak hanya terbatas pada kesusasteraan, tetapi juga mencakup berbagai bidang seperti : agama, sejarah, hukum, adat-istiadat, obat-obatan, teknik, filsafat dan lain sebagainya. Dalam naskah kuno tersebut juga menyimpan ajaran-ajaran moral yang pastinya mengandung nilai-nilai luhur budaya setempat (Citra, 2012).
Pengetahuan dan ajaran moral yang banyak tersimpan pada naskah kuno tersebut seharusnya menjadi dasar bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas kesehariannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut nyatanya berbanding terbalik dengan keperdulian terhadap naskah kuno itu sendiri. Naskah kuno yang merupakan identitas bangsa justru banyak terbuang ke negara asing, khususnya Belanda. Bahkan apabila dijajar, maka naskah nusantara yang berada di negeri kincir angin tersebut mencapai 12 Km. Selanjutnya naskah-naskah kuno  tersebut juga banyak berada di Inggris, Jerman Barat, dan Malaysia (Anugraheni, 2014). fenomena tersebut tentunya menimbulkan keprihatinan tersendiri ditengah masalah dekadensi moral bangsa yang semakin memuncak. Naskah kuno yang seharusnya dapat dikelola untuk meneladani nilai-nilai luhur yang terkadung di dalamnya, justru banyak menguntungkan negara asing.
Masih teringat jelas dalam memory kita mengenai berbagai masalah moral pemuda bangsa yang semakin merosot. Seperti halnya berita yang menghebohkan akhir-akhir ini yaitu pesta bikini dan miras yang dilakukan remaja di Jember Jawa Timur, setelah melakukan Ujian Akhir Nasional. Dalam pesta miras dan pil trek tersebut, tiga remaja akhirnya tewas akibat over dosis parah (Juliatmoko, 2016). Selanjutnya yang tidak kalah menghebohkan lagi adalah sosok public figur seperti Prilly Latunconsina melalui akun Pvlog nya pun berani mengungkapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan, sehingga menuai banyak pro kontra di masyarakat. Kasus-kasus tersebut hanyalah sedikit contoh dari perilaku amoral remaja saat ini yang semakin kompleks. Untuk itu, dengan melihat berbagai macam fenomena dekadensi moral yang dilakukan generasi muda bangsa, maka sudah sepantasnya perlu untuk dilakukan penanaman nilai-nilai luhur bangsa, seperti yang terdapat dalam naskah kuno nusantara.  
            Akan tetapi, yang patut menjadi keprihatinan bersama adalah mengenai kondisi naskah kuno itu sendiri. Kondisi naskah kuno di Indonesia sudah semakin memprihatinkan, selain karena banyak naskah kuno yang lapuk akibat minimnya perawatan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait, juga dikarenakan kurangnya keperdulian dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Banyak pemilik naskah secara individu lebih memilih untuk menjual naskah kuno yang dimilikinya kepada pihak asing dengan imbalan rupiah yang berlimpah (Rahmawati, 2014). Bukan hanya itu, pemuda-pemudi saat ini juga seakan tidak perduli, bahkan tidak mengerti mengenai apa itu naskah kuno, dan cenderung untuk mengagungkan literatur atau pengetahuan yang bersumber dari negara barat. Selain itu gerakan-gerakan sosial yang dilakukan juga banyak yang hanya berfokus terhadap penanganan perilaku-perilaku amoral remaja yang tampak saat ini. Gerakan sosial yang dilakukan tidak berusaha untuk menelisik secara mendalam mengenai sumber dari perilaku amoral yang dilakukan pemuda saat ini.



Berdasarkan data yang didapatkan, maka dapat diperoleh satu kesimpulan bahwa naskah kuno Indonesia masih minim dalam hal publikasi, pengarsipan, dan pelindungan. Perpindahan hak kepemilikan naskah kuno Indonesia ke pihak asing menandakan adanya nilai yang tinggi terhadap naskah-naskah tersebut dan sangat disesalkan apabila tidak ada penanganan yang tepat dan solutif. Hal tersebut juga dapat dijelaskan melalui teori pos-kolonialisme. Salah satu premis utama dari pos-kolonialisme adalah sejarah kolonialisme menyisakan sisa penjajahan yang terjadi pasca penjajahan tersebut berakhir (Said, 1978). Sisa-sisa penjajahan dapat berupa material dan immaterial. Bentuk material adalah bentuk yang dapat diukur melalui satuan tertentu seperti uang dan kekayaan lainnya. Sedangkan bentuk immaterial adalah sesuatu yang tidak dapat diukur, seperti budaya, ideologi, pendidikan, gaya hidup, struktur sosial, dan sebagainya.
Post kolonialisme memandang adanya sisa penjajahan yang terjadi saat ini. Hal ini karena notabenenya masyarakat Indonesia memiliki suatu peradaban yang menyimpan nilai-nilai luhur tersendiri tanpa berkiblat pada negara-negara barat. Kepemilikan tersebut terbukti dengan banyak ditemukannya naskah-naskah kuno nusantara. Hal tersebut membuktikan bahwa negara Indonesia memiliki kekayaan literatur yang bahkan sudah dimulai sejak pra penjajahan.
Kemudian yang menjadi pertanyaan besarnya adalah, bagaimana akhirnya kekayaan-kekayaan literatur tersebut akhirnya tidak berkembang di negara sendiri, dan justru banyak yang berkiblat pada literatur-literatur barat, sehingga segala tata perilaku dan pola pikir selalu distandarkan pada pengetahuan-pengetahuan barat yang terbukti mampu merusak moral pemuda saat ini. Manifestasi budaya seperti naskah kuno sudah tergeserkan oleh sistem nilai yang dibawa bangsa penjajah. Hal tersebut berkembang hingga pasca babak penjajahan berakhir sampai saat ini. Dari ketidaksadaran tersebut akhirnya timbul pengabaian terhadap naskah kuno seperti hasil yang telah dikemukakan di atas.
Untuk itu, perlu dilakukan gerakan-gerakan sosial secara massive sebagai upaya penyelamatan naskah kuno, yang nantinya diharapkan mampu membentuk pemuda yang berjiwa moralis. Maka dari itu, saya menawarkan beberapa program kerja kolaborasi dengan tema indonesia tertib, khususnya dalam hal “Berbudaya”. Program kerja ini saya namakan “Digitalisasi Naskah Kuno Indonesia Berbasis Integrated Social Movement”, program kerja ini dapat dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut :

1.        Membentuk Komunitas Peduli Naskah Kuno (KOIN’KU)
Komunitas ini berisi sekumpulan pemuda usia 15-35 tahun yang peduli dan memiliki ketertarikan secara mendalam terhadap pengelolaan dan pengembangan naskah kuno. Komunitas tersebut dapat menggunakan sistem wilayah, misalnya KOIN’KU Jawa Timur, KOIN’KU Papua Barat, dan lain sebagainya, akan tetapi tetap terdapat satu komando atau kendali dari KOIN’KU pusat. Komunitas ini nantinya memiliki program-program kerja, yang terdiri dari program kerja wajib yang berasal dari KOIN’KU pusat, dan program kerja pilihan yang disesuaikan dengan kondisi dari naskah kuno di daerah masing-masing.
Perekrutan dari anggota KOIN’KU ini nantinya dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama bersama lembaga-lembaga sosial masyarakat, organisasi pemuda, organisasi kampus, ataupun organisasi pelajar. Hal terpenting yang diharapkan dengan dibentuknya komunitas KOIN’KU ini adalah memberikan pemahaman terhadap masyarakat akan pentingnya naskah kuno, dan berusaha untuk meneladani, menyebarkan, dan menerapkan nilai-nilai luhur yang ada dalam naskah nusantara tersebut.

2.        Membentuk Program Kerja Wajib, Dengan Mengintegrasikan Teknologi dan Penyelamatan Naskah Kuno.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk pembacaan terhadap ketertarikan pemuda yang sangat mengilai teknologi. Bahkan menurut hasil survei, seorang remaja rata-rata melakukan foto selfie sebanyak 100-200 kali setiap hari (Desideria, 2015). Untuk itu saya mencoba mengalihkan fungsi kamera tersebut untuk memotret naskah kuno, sehingga kamera handphone tidak hanya bermanfaat untuk selfie tetapi juga bermanfaat untuk penyelamatan naskah kuno. Sistem kerjanya sangat sederhana, yaitu komunitas KOIN’KU melakukan sosialisasi atas program kerja ini kepada masyarakat luas. Kemudian ketika masyarakat melihat atau mengetahui kerabat, teman, atau tetangganya memiliki naskah kuno, maka dia harus berusaha meminta ijin memfoto cover naskah tersebut. Setelah itu, hasil dari foto naskah tersebut dikirimkan pada email KOIN’KU, dan nantinya mereka akan mendapatkan reward atas partisipasinya tersebut. Untuk kedepannya, maka tim KOIN’KU akan melakukan penindaklanjutan atas informasi yang diberikan masyarakat ini.
Informasi tersebut akan menjadi bekal KOIN’KU untuk menghimpun naskah-naskah kuno tersebut. Apabila pemilik naskah tidak bersedia apabila naskah yang dimilikinya dibeli oleh tim KOIN’KU maka tim dari KOIN’KU hanya akan meminta ijin untuk melakukan digitalisasi sederhana dengan scan atau memfoto secara keseluruhan isi dari naskah kuno tersebut.

3.        Melakukan Kerja Sama Dengan Pemerintah, Perpustakaan Nasional, dan Filolog.
Kerja sama ini memiliki fungsi untuk menindaklanjuti hasil dari digitalisasi sederhana yang telah dilakukan oleh tim KOIN’KU. Misalnya kerjasama dengan pemerintah untuk lebih mendukung upaya perlindungan dan juga pelestarian naskah kuno Indonesia. Kemudian kerjasama dengan perpustakaan nasional, karena memang selama ini naskah-naskah kuno yang masih ada di Indonesia banyak disimpan secara khusus oleh perpustakaan nasional, diharapkan kerja sama dengan pihak ini nantinya dapat mendukung penyebarluasan nilai-nilai yang terkandung dalam naskah kuno. Selanjutnya kerjasama dengan filolog difungsikan untuk menerjemahkan isi dari naskah yang banyak menggunakan huruf pallawa, sehingga dengan dilakukan penerjemahan tersebut diharapkan nilai-nilai luhur yang terkandungpat dalam naskah kuno semakin dimengerti oleh masyarakat luas.

4.        Membuat Web, Aplikasi, dan Game mengenai Naskah Kuno.
Langkah yang terakhir ini adalah upaya untuk menyebarluaskan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam naskah nusantara, setelah dilakukannya digitalisasi dan penerjemahan. Penyebarluasan nilai tersebut dapat dilakukan melalui pembuatan web, aplikasi, dan juga game. Tiga media tersebut dipilih karena analisa minat masyarakat banyak ditujukan pada teknologi. Selain itu pembuatan aplikasi dan game tersebut juga dirasa mampu mendukung jiwa-jiwa wirausaha muda yang memang banyak dibutuhkan saat ini.

#GerakanPemudaRevolusiMental 
#SalamRejuvenasi

DAFTAR PUSTAKA :

Anugraheni. 2014. Belanda Simpan Naskah Kuno, kalau Dijajar Panjangnya Bisa 12 Km. (Online) http://jogja.tribunnews.com/2014/02/28/belanda-simpan-naskah-kuno-kalau-dijajar-panjangnya-bisa-mencapai-12-km/. Diakses Pada tanggal 21 April 2016, pukul 13:56.
Desideria. 2015. Remaja Lakukan Selfie Dua Ratus Kali Sehari. (Online). http://health.liputan6.com/read/2337425/remaja-lakukan-selfie-200-kali-sehari. Diakses pada 21 April 2016, pukul 15:33.
Citra, Kestari. 2012. Definisi Arti Kata Naskah Kuno Nusantara. Diakses dari http://www.artidefinisi.com/2012/09/pengertian-naskah-kuno.html. Pada tanggal, 21 April 2016 pukul 22:00.
Juliatmoko. 2016. Gelar Pesta MIRAS Usai Ujian Nasional, Tiga Remaja Tewas. (Online). http://daerah.sindonews.com/read/1099873/23/gelar-pesta-miras-usai-un-3-remaja-tewas-1460298670. Diakses pada tanggal 21 April 2016, pukul 12:08.
Kompas. 2013. Naskah Kuno Indonesia Terus Mengalir ke Luar Negeri. (Online). http://sains.kompas.com/read/2013/07/15/1712232/Naskah.Kuno.Indonesia.Terus.Mengalir.ke.Luar.Negeri. Diakses tanggal 21 April 2016, pukul 16:25.
Rahmawati. 2014. Fenomena Jual Beli Naskah Kuno di Sumatera Barat. (Online). http://melayuonline.com/ind/article/read/722/fenomena-jual-beli-naskah-di-sumatra-barat. Diakses pada tanggal 21 April 2016, pukul 21:45.
Said, Edward. 1978. Orientalism. London: Rouledge & Kegan Paul.





Selasa, 01 September 2015

Hari Terakhir Magang & Kesan Pesan Magang P2KK LIPI

Tanggal 31 Agustus merupakan hari terakhir saya melakukan magang kerja di P2KK LIPI. senang rasanya bisa menuntaskan tugas dengan cukup baik. di tempat magang ini, saya lebih dapat membuka wawasan,pengetahuan, sudut pandang, dan cara berfikir. saya juga lebih bersemangan membaca dan lebih bersemangan untuk merencanakan melanjutkan studi S2 nantinya, Aamiin.

pada acara penutupan magang ini, kami pamitan ke semua ruangan (baik yang di lantai 6 atau 9). saking banyaknya ruangan, kami sampai kelelahan dan tidak sadar ternyata sampai sore. tidak lupa sebagai ucapan terimakasih, kami juga menaruh beberapa kue untuk dibagikan kepada para peneliti dan semua staff. karena kami sadar hampir semua orang di P2KK LIPI pernah membantu kami. saya juga banyak meminta alamat email dan contact person dari para peneliti dan staff untuk sekedar menjalin tali silaturrahmi.

pada intinya magang kerja di lembaga penelitian itu menyenangkan dan tidak seburuk yang kita bayangkan, apalagi jika kita mempunyai minat yang serius terhadap dunia riset dan kepenulisan. harapan kedepannya semoga semakin banyak yang berminat untuk melakukan magang di lembaga penelitian. kesimpulannya dalam melakukan pekerjaan apapun secara sukses dibutuhkan pengorbanan, kerja keras, kerja cerdas, kerajinan dan ketekunan.

selanjutnya pesan untuk P2KK LIPI, semoga tahun tahun ke depan juga masih menerima dan melanjutkan program magang ini. kemudian lebih termanagemen untuk program-program anak magang supaya lebih jelas tupoksi anak magang hehhe. tidak lupa juga seharusnya ada persayaratan tentang kejelasan rencana skrispi dan minimal pernah melakukan observasi tempat skrispi supaya ketika di kantor LIPI sudah dapat meneruskan skrispsinya dan tidak merasa kebingungan lagi.

terimakasih Allah SWT, terimakasih keluarga (bapak, ibu, kakak, adik), terimakasih dosen pembimbing (Ibu Nike), terimakasih pembimbing dari P2KK LIPI (Ibu Widja), terimaksih rekan partner magang (Zeze), terimakasih para peneliti P2KK LIPI (mbak maulida, mbak ranny, mas louis, mbak fina, mbak imelda, mas syaifullah, mbak lilis, pak riwantono, pak djoko, pak agus, mbak leolita, mas ibnu, mas wahyudi, pak dwi purwoko, pak hisyam, Pak anas, pak ary, bu heni, bu nina, terimakasih sahabat saya (indah rohmawati, dan almas munzilla hapsari) dan terimakasih untuk banyak pihak yang telah membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu per satu. sekali lagi terimakasih, semoga di lain kesempatan kita dapat dipertemukan dalam keadaan sukses, sehat wal'afiat, Aamiin.


Senin, 31 Agustus 2015

Mengujungi PDII

hari ini (31 Agustus 2015) merupakan hari terakhir saya untuk magang di P2KK LIPI. sedih rasanya meninggalkan pekerjaan yang menjadi minat saya, tapi setiap ada perjumpaan pasti ada perposahan. pokoknya senang dan terharu bisa diberi kesempatan untuk melakukan internship kerja di P2KK LIPI.

hari ini, saya diajak mbak maulida untuk mengunjungi PDII LIPI, tujuannya adalah bertemu dengan pak agus, karena sudah janjian dengan beliau untuk memilah-milah buku di gudanG PDII yang kita minati dan bisa kita ambil untuk di bawa pulang (wah senangnya...............).

saya, mbak maulida, mas louis, dan zeze pun bergegas untuk pergi ke PDII sekitar pukul 10.00. kami langsung menuju ruangan pak Agus. setelah itu pak Agus mengantar kami ke gudang untuk memilah-milah buku. ternyata buku-buku di gudang PDII juga tidak kalah bagus (sayang sudah masuk gudang). di gudang buku tersebut saya banyak menemukan buku-buku yang menjadi minat dan sudah lama saya cari, salah satunya adalah naskah-naskah kuno nusantara. saya banyak menemukan buku-buku naskah kuno, seperti serat rama, serat jatiswara, hikayat Meudedeuhak 1, dan serat angger. senang sekali rasanya, dan akhirnya saya pun berhasil membawa pulang dua kardus buku (sampai kewalahan untuk membawanya ke kos, hehheh)

terimaksih mbak maulida, pak agus, dan PDII

See You Next Time Gaesss....................

Sabtu, 29 Agustus 2015

Melakukan Presentasi pada Seminar Intern P2KK LIPI

alhamdulillah benar-benar saya ucapkan, ketika saya diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil karya saya dalam bentuk tulisan. awalnya saya ingin mempresentasikan mengenai proposal skripsi dan jurnal ilmiah yang saya buat berdasarkan hasil pengabdian masyarakat. akan tetapi karena sistem presentasi panel antara saya dan partner magang saya, kemudian waktu yang diberikan juga terbatas, akhirnya saya memutuskan untuk lebih mempresentasikan hadil jurnal ilmiah, yang saya rasa lebih urgent untuk mendapatkan pembenahan, masukan, dan saran yang konstruktif.

menjelang presentasi sebenarnya saya masih belum siap, bahkan saya baru membuat power point dan melakukan print jurnal adalah semalam sebelum presentasi. saya terus berdoa, semoga dengan persiapan yang singkat dan terkesan mendadak tetap dapat memberikan hasil yang baik, setidaknya tidak memalukan.

saya memang sudah terbiasa untuk presentasi di kelas, seminar, pelatihan, maupun di berbagai event lomba, namun presentasi di LIPI menurut saya memberikan suasana dan ketegangan tersendiri (hehheh entah kenapa!). tapi saya mencoba untuk bersikap santai dan terus berdoa kepada yang maha kuasasetelah usaha dunia saya lakukan.

banyak masukan dan kritik yang ditujukan pada tulisan saya, diantaranya yaitu :

  • kurangnya penegasan bahwa museum blusukan itu sebuah konsep yang sudah ada apa sebuah konsep yang baru (Mas Ibnu)
  • perlunya penjelasan mengenai konsep museum blusukan pada bagian pendahuluan (Mas Ibnu)
  • seharusnya lebih menggunakan bahasa yang sederhana untuk pembuatan kuesioner anak-anak (Bu Nina)
  • perlunya hak paten (Bapak Dwi Purwoko, dan Ibu Widja)
  • harus dipikirkan lagi bagaimana caranya untuk menerapkan konsep yang sama pada sekolah lain (Mbak Leolita)
  • pengabdian masyarakat ini bisa dan lebih baik untuk dibuat riset action, sehingga harus dipirkan untuk landasan konsep atau teori yang digunakan (Bapak Dwi Purwoko)
over all hasil presentasi saya cukup mendapatkan apresiasi yang baik, dan sangat memberikan masukan bagi perbaikan jurnal dan tulisan-tulisan saya selanjutnya.

Terimakasih P2KK LIPI

NB. tulisan abstrak jurnal yang saya presentasikan dapat dilihat di postingan sebelumnya
see you gaesss.......


Jumat, 28 Agustus 2015

Mengikuti Teeuw Awards

Teeuw awards merupakan penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki dedikasi tinggi dalam perubahan sosial kemasyarakatan. ada beberapa orang yang mendapat penghargaan dari ajang tersebut, namun yang saya kenal hanyalah Gunawan Muhammad (karena memang sudah terkenal hhehehh).

Saya mengikuti kegiatan tersebut atas ajakan dari pembimbing saya (Ibu Widja). acara tersebut dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2015 pukul 16.00 (setelah seminar audiovisual). walaupun saya tidak mengetahui isi dan apa yang dibicarakan dalam acara tersebut, tapi saya cukup senang karena bisa berkenalan dan berfoto bersama orang-orang hebat hehehhe. saya juga sempat menyicipi makanan-makanan khas belanda yang belum pernah saya coba sebelumnya (ihh senangnya hehehh). bahkan teman saya sempat mencicipi minuman anggur (walau sedikit) tapi saya yang belum berani mencobanya.

berikut merupakan sedikit dokumentasi yang bisa saya share dari acara tersebut :)






Kamis, 27 Agustus 2015

Mengikuti Workshop "Arsip Audiovisual, Repositori Koleksi AV dan Penggunaannya dalam Penelitian"

Workshop ini merupakan workshop metodologi dan merupakan satu rangakaina kegiatan dalam perayaan ulang tahun LIPI yang ke 48. workshop dilaksanakan atas kerja sama antara P2KK LIPI dengan KITLV. tujuan diadakannya workshop ini adalah untuk menegnalkan metode baru dalam dunia penelitian, yaitu metode audiovisual yang dirasa lebih efektif untuk penelitian logitudinal (before-after) dan arsip-arsip yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.

Workshop ini dilaksanakan selama dua hari, mulai tanggal 26 hingga 27 Agustus 2015, mulai pukul 08.00-16.00. dalam seminar tersebut saya menjadi peserta, karena memang ingin mendalami metode asing yang belum saya kenal sebelumnya. dalam workshop tersebut juga menghadirkan banyak sekali pemateri yang memang sudah pakar dalam bidang audiovisual. banyak ilmu dan relasi yang saya dapat dari acara tersebut. saya juga sempat berfoto dan meminta testimoni (program pengabdian saya di malang) dari Bapak Fridus selaku pendiri dari KITLV, sekaligus sebagai orang belanda yang sangat tertarik pada culture and life every days of indonesian people.










Senin, 24 Agustus 2015

Program Pembuatan Jurnal

Pembuatan jurnal merupakan salah satu program sekunder untuk magang di P2KK LIPI. sebenarnya masih ada dua program yang belum diselesaikan yaitu review buku dan pembuatan jurnal. akan tetapi mengingat waktu yang pendek, akhirnya saya memutuskan untuk membagi program tersebut dengan partner magang saya, karena saya rasa itu lebih efisien daripada dua program dikerjakan bersama-sama (kurang fokus). saat itu saya kebagian untuk membuat jurnal dan teman saya melakukan review buku. 

jurnal yang saya buat ini berdasarkan hasil pengabdian masyarakat yang saya lakukan bersama 4 teman saya mulai tanggal 28 Januari hingga 17 Juni 2015. ke empat teman saya yaitu (Verdy Firmantoro, Ilmu Komunikasi 2012), (Muhammad Fadlullah, Hubungan Internasional 2012), (Dila Hilna Rahmatika, Antropologi Sosial 2011), dan (Afifah Qodri Rinjani, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2011). pengabdian masyarakat yang dilakukan tersebut adalah program DIKTI yang terkenal dengan nama Program Kreatifitas Masyarakat (PKM). Kami mengajukan proposal tersebut sejak tahun 2014 dan dinyatakan lolos pendanaan tahun 2015. dari dua PKM M yang lolos didanai, alhamdulillah salah satu diantaranya masuk dalam ajang bergengsi "Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS)" di Kendari pada tanggal 4 Oktober 2015. Pembuatan jurnal ini juga sebenarnya merupakan salah satu prasyarat untuk meraih juara dalam ajang PIMNAS tersebut. Jadi saya bisa melakukan dua pekerjaan dalam satu gerak (hehheheh alhamdulillah). Jurnal yang dihasilkan tersebut juga saya presentasikan dalam seminar intern P2KK LIPI.

Berikut merupakan abstrak dari jurnal yang dihasilkan. untuk tulisan lengkapnya, pembaca dapat menghubungi penulis by email di anisa31rise@gmail.com

Museum Blusukan Berwawasan Keilmuan Lokal Nusantara: Transformasi Museum Pasif Menuju Museum Aktif

Verdy Firmantoro1), Afifah Qodri Rinjani 2), Anisa Dwi Istiningrum3),
Dila Hilna Rahmatika 4), Muhammad Fadlullah5)
1Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. verydyfirmantorotaa@yahoo.co.id
2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, rinjaniafifah@gmail.com
3Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, anisa31rise@gmail.com
4Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, dilarahmatika@gmail.com
5Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, mfadlullah.subakti@gmail.com

Abstrak

Kabupaten Malang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangkaian peradaban Nusantara. Padepokan Asmarobangun di Kecamatan Pakisaji menjadi bukti warisan lokal Topeng Malangan. Ironisnya padepokan tersebut terlihat sepi peminat. Terbukti dari 193 siswa SDN Permanu 1 hanya 8 persen yang berminat terhadap budaya tersebut. Padahal letak SDN Permanu 1 ini berdekatan dengan padepokan Asmorobangun. sehingga metode konvensional perlu dikembangkan untuk menerapkan bagaimana budaya lokal bukan menjadi sebuah entitas yang membosankan tetapi menjadi hal yang menyenangkan. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan budaya lokal topeng malangan melalui program “MULAWARMAN (Museum Blusukan Berwawasan Keilmuan Lokal Nusantara). Konsep Museum Blusukan menjadi antitesa dari museum konvensional yang  eksklusif. Metode pelaksanaan MULAWARMAN dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama menekankan pada aspek fun method. Tahap kedua menekankan pembelajaran tari Topeng Malangan. Tahap ketiga mengacu pada culture trip. Hasil program MULAWARMAN yaitu, (1) terbentuknya  museum blusukan sebagai metode pengenalan budaya lokal yang menyenangkan, (2) terciptanya media  integrated edutainment system, (3) terpilihnya komunitas Duta Historia sebagai aset bagi keberlanjutan program, (4) terbentuknya perpustakaan mini budaya.

Kata Kunci: Museum Blusukan, Budaya Lokal, Pembentukan Karakter, Integrated Edutainment System

 
Abstract

Malang regency was a big part of historical glorious civilization in Nusantara. One of the inheritance evidences is the existance of Padepokan Asmorobangun, as the art epicentrum of Topeng Malangan. Ironically, the surrounding societies don’t have much attention to participate and liven up the padepokan. However, the conventional method need to be developed to transfer the culture and historical education which contain local wisdom in effective way for the students. The objective of this project is educating local culture through “Mulawarman (Museum Blusukan Berwawasan Keilmuan Lokal Nusantara)”. The implementation of Mulawarman project divided into three phases. The first phase emphasize the fun-method aspect which directed to play several games. Second phase, emphasizing the education of local art such as Topeng Malangan dance. At the final phase, this project aims to encourage students to participate in culture trip. The result of this project is: (1) establishment of museum blusukan as culture education method, (2) the formation of integrated edutainment system media, (3) the foundation of Komunitas Duta Historia as an asset which ensure the sustainability of the result, (4) and established cultural small library.
Keywords: Museum Blusukan, Local Culture. Character Building, Integrated Edutainment System